Minggu, 24 Desember 2017

Seksualitas Perempuan Madura

Kini kita dihadapkan pada kenyataan yang penuh dengan kegamangan. Ini dan itu banyak yang dipermasalahkan. Ngomong yang saru-saru menjadi perdebatan dan menunjukkan pun juga sangat dilarang-larang. Saya akan sedikit membahas tentang perempuan Madura. Ya mungkin tulisan ini hanya sebagian kecil dari permasalahan yang kini menimpa perempuan Madura sendiri.

Sekarang banyak yang kita ketahui tentang peran tubuh perempuan Madura. Dulu perempuan memakai samper sampai ke bagian dada dan berbicara seks menjadi hal biasa. Itu tidak menimbulkan apa-apa. Anak-anak remaja juga tidak banyak yang bermain gendong-gendongan dengan lawan jenis mereka. Dan tidak terjadi apa-apa. Tapi apa yang terjadi di masa sekarang. Perempuan tidak boleh memakai begini dan begini. Harus menutup pokang (baca: paha) dan sebagainya. Berbicara seks secara tertutup dan tidak boleh diceritakan kepada siapa saja. Tapi dulu orang Madura baik perempuan maupun laki-laki, cara mereka melucu ya dengan membicarakan hal-hal yang erotis. Makanya muncullah tentang jamu kuat pria dan wanita.

Di desa saya sendiri. Sampai sekarang para perempuan banyak yang berbicara tentang hal-hal yang saru. Sebenarnya hal itu sudah biasa terjadi pada kita. Mengatakan seluk beluk tubuh perempuan, sampai ke perilaku seksual mereka terhadap suami. Patut diketahui pula bahwa pertengkaran sesama perempuan juga tidak banyak orang yang tidak menyebut bagian vitalnya. Intinya mereka mencari sesuatu yang jelek-jelek pada tubuh lawannya. Ada juga yang mengatakan berdasarkan kenyataan yang ada ditubuh lawan. Misalnya penyebutan soso raja (baca: payudara besar) karena melihat lawannya yang berpayudara besar. Atau mengata-ngatainya berdasarkan perawakan yang ada di tubuh lawan yang mengarah pada bagian-bagian vital tertentu juga. Ada yang bertengkar sambil menunjukkan tubuh mereka. Kemontokan mereka dan bokong semok mereka juga ditampilkan dan sambil mengangkat rok yang dipakai sampai ke pahanya. Upaya itu dilakukan hanya untuk mengolok-olok lawan tengkarnya.

Maka dari itu. Kita tidak usah menyalahkan apa-apa kepada perempuan yang banyak berbicara begitu. Kita sudah biasa mendengar hal-hal begituan. Tidak usah ini dan itu untuk membenarkan semua hal ini. Karena semua kembali pada diri masing-masing. Toh ini juga pernah terjadi pada kita. Tidak usah terlalu heboh menanggapi hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan pada perempuan Madura. Sebab, peraturan membuat mereka terkekang dari posisi perempuan Madura sepenuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar