Kali ini saya akan menulis tentang "Filosofi Ko' Sapèna Menjelang Lebaran". "Ko' Sapèna" merupakan bahasa Madura. Ini kalau diterjemahkan secara mentah tanpa tahu sesuatu yang betul itu bagaimana. Istilah itu jadi berarti "Ikan Sapi". "Ko'" yang merupakan bentuk lain dari "Jhuko'" "ikan". Sedangkan "Sapè" murni berarti sapi. Jadi istilah tersebut merupakan satu kesatuan sebagaimana penyebutan ikan-ikan yang lain. Misal "Ko' Tahu" berarti "Ikan Tahu" dan ikan-ikan yang lain. Tetapi sebetulnya istilah tersebut merupakan berarti Menggunakan ikan sapi sebagai santapan. Sama deh seperti kalian bilang. Menu hari ini ikannya pake apa. Pake ikan Cakalan misalnya. Tetapi peristilahan dalam bahasa Madura, mengenai penyebutan memakai ikan apa itu, dengan pertanyaan "Jhuko' apa satèya?" "Ikan apa sekarang?" pasti jawabannya "Ko' sapè" "pake daging sapi" dan jawaban dengan pake ikan yang lainnya. Aduh saya aja yang orang Madura masih bingung dengan peristilahan tersebut. Karena saking uniknya bahasa Madura.
Baiklah saya tidak lagi membahas arti dari kesatuan kata itu. Semoga kalian paham. Yang tidak paham jangan lupa komentar. Saya pasti jawab sebisa saya.
Saya akan bahas bahwa kami, di Madura mempunyai sesuatu yang memang dimiliki oleh masyarakat kami. Itu sepengetahuan saya sih. Bisa jadi ada yang tidak punya tradisi beginian. Yaitu tentang tradisi "Ko' Sapèna" yang maknanya semua orang memakan daging sapi. Entah ini masuk tradisi apa budaya saya tidak tahu. Karena sapi sebagai bahan utama yang keberadaannya memang sejak dahulu bahwa masyarakat Madura kebanyakan memelihara sapi. Maka ya mungkin daging sapi sebagai makanan istimewa untuk acara-acara tertentu. Bisa jadi menu tersebut sebagai hal yang biasa bagi mereka yang sudah memiliki sapi sebelumnya.
Di luar pengetahuan saya yang tidak tahu hal ini masuk ke tradisi apa budaya. Saya menganggap bahwa ini merupakan tradisi. Terutama tradisi makan daging sapi ini yang kemunculan istilah tersebut muncul pada saat lebaran dilaksanakan besok harinya. Baik lebaran Idul Fitri, Idul Adha maupun lebaran ketupat. Di hari itu, menjelang sehari lebaran. Masyarakat pasti menyebut bahwa hari itu adalah "Ko' Sapèna". Saya memahaminya bahwa hal ini terjadi setahun sehari. Setahun sekali ini ditandai dengan simbol perayaan atas menghadapi keimanannya selama bulan Ramadhan. Salah satunya dirayakan dengan memakan daging sapi dalam bentuk apa pun. Baik sate maupun resep lainnya. Setelah saya tanya ke beberapa warga. Kenapa mayoritas masyarakat Madura memakan daging sapi pada saat satu hari sebelum lebaran? Mereka kebanyakan menjawab bahwa dari nenek moyang kami. Kami memang menggunakan bahan utama daging sapi sebagai simbol perayaan. Dari situ saya menangkap. Seandainya tidak ada sapi-sapi yang dipelihara di Madura. Mungkin masyarakat tidak menggunakan daging sapi sebagai bahan utama. Bisa jadi "ko' ajâm" "Ikan Ayam", menggunakan daging ayam yang jadi bahan utama. Tapi tradisi ini juga berlangsung di perayaan Idul Adha dan mungkin perayaan-perayaan yang lain.
Saya juga menilai bahwa posisi daging sapi di Madura telah mengalahkan daging-daging yang lainnya. Jadi kemungkinan besar dari kemenangan daging sapi atas daging-daging yang lain merupakan daging yang istimewa. Masyarakat menggunakan daging yang istimewa sebagai simbol perayaan atas kejadian yang berlangsung setahun sekali. Ya mungkin masyarakar luar memandang bahwa daging sapi merupakan daging yang biasa dicicipi. Keberadaannya selalu ada di pasar-pasar manapun. Tetapi di Madura, yang tidak semua penduduknya mampu membeli daging sapi. Perayaan ini adalah kemenangan bersama. Termasuk yang tidak mampu membeli. Mereka ikut mencicipi dari tradisi "Ter-ater" "saling mengantarkan" (daging sapi) dalam hari "ko' sapèna". Dan lebaran masih ada tradisi "Per-peran" di wilayah saya. Nanti saya tulis setelah ini.
Semoga yang membaca tulisan ini mengerti. Setidaknya sedikit. Saya jadi cemas tulisan saya dapat membingungkan pembaca. Karena ya pengetahuan saya hanya segitu. Saya butuh banyak pengetahuan mengenai tradisi atau budaya "ko' sapena" baik dari istilah maupun pemaknaan atas simbol yang digunakan. Saya masih belajar dan mau belajar. Kira-kira begitu. Terima kasih.
2018.

