Kamis, 24 Mei 2018

Mengenal Diri Saya, Upaya Mengingat Kejadian yang Terjadi, dan Saya Ternyata bukan Apa-apa





Saya seringkali mendapatkan dan mendengar hujatan teman-teman yang berupa cibiran terhadap seseorang yang patah hati. Jika mereka tahu apa yang saya rasakan, saya akan bilang bahwa hal itu adalah wajar. Karena tidak ada cara lain untuk menolak itu. Tetapi itu mustahil. Karena kita juga mempunyai batasan-batasan yang membuat kita terjebak dalam “ketidakbisaan melihat”. Kecuali orang-orang pilihan yang entah disebut sebagai apa. Saya bukan merasa kesal atas perbuatan teman-teman itu meskipun pada awalnya niatan mereka mencibir adalah sekedar bercanda/ bergurau. Menurut saya hal itu tidak penting. Karena ada dua kemungkinan yang terjadi jika hal itu tetap dilakukan. Yaitu bisa membuat kita malu kepada dirinya (yang mengatakan) dan kepada teman-teman sekitar (yang ikut mendengarkan) mereka yang tidak henti-hentinya mengata-ngatai saya galau dan baper karena hal-hal yang saya alami, dan kedua adalah membuat saya senyum-senyum tetapi dalam hati saya sangat menyayangkan dan timbul tanda tanya. Kenapa dengan semuanya?

Saya memang pernah merasakan patah hati. Bahkan sangat pernah. Saya sakit hati. Kesetiaan saya rasa-rasanya tidak ada gunanya dipasangkan di pikiran saya. Tetapi saya memang tidak bisa berjuang dengan banyak untuk hal-hal yang tidak mungkin bisa saya dapatkan kembali. Contohnya perjodohan yang dilakukan di suatu masyarakat yang masih menjalankan tradisi kekeluargaan itu. itu memang tidak bisa untuk saya perjuangkan lagi. Saya tidak harus bercerita banyak tentang hal ini. Karena saya merasakan sakit mengingat sesuatu yang tidak bisa saya lakukan. Saya selalu merasa memiliki pengetahuan yang dangkal. Tidak bisa menerima hal itu. saya akan menerima semua apa yang mereka katakan meskipun tidak tahu kejadian yang menimpa saya sebenarnya. Bantu saya bangkit saja ya!

Sekarang saya memang tidak bisa berbuat banyak. Apalagi berdoa untuk hal-hal semacam itu. saya tidak punya banyak bakat. Yang terpenting adalah saya berdiri sendiri atas kehendak diri saya sendiri. Bukan orang lain. Menjalankan hidup dengan pasrah. Benar-benar pasrah. Tidak mengharapkan apa pun. saya merasakan bahwa semakin saya berharap, saya semakin tidak bisa mendapatkan. Hal ini memang di luar keyakinan saya. Sampai sekarang saya hanya meyakini satu hal dalam hidup ini. Tuhan akan memberikan apa yang manusia butuhkan. Itu saja. Tidak banyak yang saya yakini.

Katakan saja apa yang ingin kalian katakan. Saya tetap menerima kalian sebagai teman. Saya tidak bekerja dan juga bukan tipe orang yang pekerja keras. Ya saya menyadari hal itu. karena saya pribadi tidak suka bekerja dengan keras. Menurut saya hal itu beresiko. Bagaimana ketika saya bekerja keras dan tiba-tiba saya sakit keras? Uang yang saya dapatkan otomatis digunakan untuk biaya berobat saya.

Untuk perempuan yang saya cintai. Baik-baiklah sama apa yang kamu inginkan. Jangan menyangkal jika keadaan tidak bisa diubah dengan perjuangan apa pun. Pekerjaan saya masih tidak jelas dan saya juga tidak berharap mendapatkan pekerjaan berkelas. Yang terpenting saya ingin berhenti untuk bergantung kepada orang tua. Masalah menikah saya pasrahkan semua pada waktu. Entah siapa pun yang menentukan meskipun ujung-ujungnya semua ini adalah di bawah tangan Tuhan. Saat ini yang akan saya lakukan adalah membuat kalian nyaman. Berbuat baik adalah yang paling penting dari segala kepentingan, bersyukur, dan sabar. Saya tidak takut dikatakan goblok oleh siapapun. Karena mereka adalah manusia juga yang sama seperti kita. Punya kebebasan.
Pamekasan, 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar