Saya seringkali
mendapatkan dan mendengar hujatan teman-teman yang berupa cibiran terhadap seseorang
yang patah hati. Jika mereka tahu apa yang saya rasakan, saya akan bilang bahwa
hal itu adalah wajar. Karena tidak ada cara lain untuk menolak itu. Tetapi itu
mustahil. Karena kita juga mempunyai batasan-batasan yang membuat kita terjebak
dalam “ketidakbisaan melihat”. Kecuali orang-orang pilihan yang entah disebut
sebagai apa. Saya bukan merasa kesal atas perbuatan teman-teman itu meskipun
pada awalnya niatan mereka mencibir adalah sekedar bercanda/ bergurau. Menurut saya
hal itu tidak penting. Karena ada dua kemungkinan yang terjadi jika hal itu
tetap dilakukan. Yaitu bisa membuat kita malu kepada dirinya (yang mengatakan)
dan kepada teman-teman sekitar (yang ikut mendengarkan) mereka yang tidak
henti-hentinya mengata-ngatai saya galau dan baper karena hal-hal yang saya
alami, dan kedua adalah membuat saya senyum-senyum tetapi dalam hati saya
sangat menyayangkan dan timbul tanda tanya. Kenapa dengan semuanya?
Saya memang pernah
merasakan patah hati. Bahkan sangat pernah. Saya sakit hati. Kesetiaan saya
rasa-rasanya tidak ada gunanya dipasangkan di pikiran saya. Tetapi saya memang
tidak bisa berjuang dengan banyak untuk hal-hal yang tidak mungkin bisa saya
dapatkan kembali. Contohnya perjodohan yang dilakukan di suatu masyarakat yang
masih menjalankan tradisi kekeluargaan itu. itu memang tidak bisa untuk saya
perjuangkan lagi. Saya tidak harus bercerita banyak tentang hal ini. Karena
saya merasakan sakit mengingat sesuatu yang tidak bisa saya lakukan. Saya selalu
merasa memiliki pengetahuan yang dangkal. Tidak bisa menerima hal itu. saya
akan menerima semua apa yang mereka katakan meskipun tidak tahu kejadian yang
menimpa saya sebenarnya. Bantu saya bangkit saja ya!
Sekarang saya memang
tidak bisa berbuat banyak. Apalagi berdoa untuk hal-hal semacam itu. saya tidak
punya banyak bakat. Yang terpenting adalah saya berdiri sendiri atas kehendak
diri saya sendiri. Bukan orang lain. Menjalankan hidup dengan pasrah. Benar-benar
pasrah. Tidak mengharapkan apa pun. saya merasakan bahwa semakin saya berharap,
saya semakin tidak bisa mendapatkan. Hal ini memang di luar keyakinan saya. Sampai
sekarang saya hanya meyakini satu hal dalam hidup ini. Tuhan akan memberikan
apa yang manusia butuhkan. Itu saja. Tidak banyak yang saya yakini.
Katakan saja apa yang
ingin kalian katakan. Saya tetap menerima kalian sebagai teman. Saya tidak
bekerja dan juga bukan tipe orang yang pekerja keras. Ya saya menyadari hal
itu. karena saya pribadi tidak suka bekerja dengan keras. Menurut saya hal itu
beresiko. Bagaimana ketika saya bekerja keras dan tiba-tiba saya sakit keras? Uang
yang saya dapatkan otomatis digunakan untuk biaya berobat saya.
Untuk perempuan yang
saya cintai. Baik-baiklah sama apa yang kamu inginkan. Jangan menyangkal jika
keadaan tidak bisa diubah dengan perjuangan apa pun. Pekerjaan saya masih tidak
jelas dan saya juga tidak berharap mendapatkan pekerjaan berkelas. Yang terpenting
saya ingin berhenti untuk bergantung kepada orang tua. Masalah menikah saya
pasrahkan semua pada waktu. Entah siapa pun yang menentukan meskipun
ujung-ujungnya semua ini adalah di bawah tangan Tuhan. Saat ini yang akan saya
lakukan adalah membuat kalian nyaman. Berbuat baik adalah yang paling penting
dari segala kepentingan, bersyukur, dan sabar. Saya tidak takut dikatakan
goblok oleh siapapun. Karena mereka adalah manusia juga yang sama seperti kita.
Punya kebebasan.
Pamekasan, 2018

Tidak ada komentar:
Posting Komentar