Kamis, 24 Mei 2018

TERNYATA UNIVERSITAS MADURA PUNYA NOVELIS PEREMPUAN




Sungguh ini kabar baik bagi saya pribadi. Saya sangat senang jika ada seorang yang menulis novel yang berasal dari tempat saya pernah belajar. Tepatnya di Universitas Madura. Dia adalah seorang perempuan yang masih menempuh mata kuliah. Kira-kira semester empat di FKIP, jurusan Matematika. Lahir di Camplong, Sampang. Dia anak pondok pesantren. Sehari-harinya saya tidak paham betul. Tapi sekali lagi saya sangat bangga. Semoga bisa menginspirasi teman-teman sekitarnya. Jurusan bukan hambatan untuk menulis karya sastra. Ingat ya!
             Universitas Madura khususnya FKIP sudah punya banyak peluang untuk menjadi penulis. Selain dosen-dosennya yang tidak henti membimbing anak didiknya, saya kira Mahasiswa dan Mahasiswinya juga tak kalah semangat untuk menggali potensinya di sana. Karena banyak hal juga yang harus diambil di sana. Kualitas buku-bukunya dan bahan ajar yang diajarkan kepada semuanya adalah berkualitas. Saya, selaku mantan Mahasiswa Unira dan Supriyadi Afandi sudah menerbitkan kumpulan cerpen bahasa Madura, Ésarèpo Bèncong dan Eghirrep Setan, semua terbit di tahun 2017. Langkah ini adalah langkah baru bagian kemajuan kreatifitas Mahasiswa dan Mahasiswi Unira. Selanjutnya yang saya bahas ini. 
            Saya juga merasa jarang melihat  seorang perempuan, di Madura yang menulis novel. Baru ada dua yang saya ketahui. Mungkin ada banyak tapi masih sembunyi-sembunyi. Pertama adalah Mbak Endang Kartini yang menulis novel Ali dan Aisyah dan kedua Afisya Drily yang menulis novel Mahligai Cinta Sauqy yang diterbitkan di Duta Media, 2018. Keduanya bergenre sama. Sama-sama berlatar pesantren.
            Saya menghimbau kepada dosen-dosen Unira terutama FKIP untuk menyaring Mahasiswa/Mahasiswi yang punya bakat. Saya kira mereka hanya butuh wadah. Berikan kesempatan kepada mereka yang punya bakat untuk berkembang. Apalagi mempunyai bakat menulis. Misalkan diberikan bimbingan untuk proses pematangan karya. Dampaknya ya saya rasa semua tahu.
            Dengan bahagia saya mengucapkan selamat kepada saudari Afisya Drily atas kelahiran anak pertamanya. Semoga melahirkan anak-anak lagi. Teruslah menulis dan jangan lupa banyak membaca! Saya juga bisa untuk menjadi patner teman-teman yang ingin menulis. Kirimkan karya kalian ke zainalcao95@gmail.com. Saya akan bantu mengoreksi. 
            Saya sarankan kepada teman-teman untuk membelinya. Jangan minta ya. Karena mengapresiasi karya teman adalah dengan membeli bukan memintanya. Betapa besar kekuatan dan perjuangan yang ia keluarkan saat menulis novel ini. Kalian pasti tahu soal ini. Harganya 35rb. Murahkan ya? Beli. Saya sendiri pasti beli karya teman-teman yang berkarya di Unira. Mari berkarya!

Mengenal Diri Saya, Upaya Mengingat Kejadian yang Terjadi, dan Saya Ternyata bukan Apa-apa





Saya seringkali mendapatkan dan mendengar hujatan teman-teman yang berupa cibiran terhadap seseorang yang patah hati. Jika mereka tahu apa yang saya rasakan, saya akan bilang bahwa hal itu adalah wajar. Karena tidak ada cara lain untuk menolak itu. Tetapi itu mustahil. Karena kita juga mempunyai batasan-batasan yang membuat kita terjebak dalam “ketidakbisaan melihat”. Kecuali orang-orang pilihan yang entah disebut sebagai apa. Saya bukan merasa kesal atas perbuatan teman-teman itu meskipun pada awalnya niatan mereka mencibir adalah sekedar bercanda/ bergurau. Menurut saya hal itu tidak penting. Karena ada dua kemungkinan yang terjadi jika hal itu tetap dilakukan. Yaitu bisa membuat kita malu kepada dirinya (yang mengatakan) dan kepada teman-teman sekitar (yang ikut mendengarkan) mereka yang tidak henti-hentinya mengata-ngatai saya galau dan baper karena hal-hal yang saya alami, dan kedua adalah membuat saya senyum-senyum tetapi dalam hati saya sangat menyayangkan dan timbul tanda tanya. Kenapa dengan semuanya?

Saya memang pernah merasakan patah hati. Bahkan sangat pernah. Saya sakit hati. Kesetiaan saya rasa-rasanya tidak ada gunanya dipasangkan di pikiran saya. Tetapi saya memang tidak bisa berjuang dengan banyak untuk hal-hal yang tidak mungkin bisa saya dapatkan kembali. Contohnya perjodohan yang dilakukan di suatu masyarakat yang masih menjalankan tradisi kekeluargaan itu. itu memang tidak bisa untuk saya perjuangkan lagi. Saya tidak harus bercerita banyak tentang hal ini. Karena saya merasakan sakit mengingat sesuatu yang tidak bisa saya lakukan. Saya selalu merasa memiliki pengetahuan yang dangkal. Tidak bisa menerima hal itu. saya akan menerima semua apa yang mereka katakan meskipun tidak tahu kejadian yang menimpa saya sebenarnya. Bantu saya bangkit saja ya!

Sekarang saya memang tidak bisa berbuat banyak. Apalagi berdoa untuk hal-hal semacam itu. saya tidak punya banyak bakat. Yang terpenting adalah saya berdiri sendiri atas kehendak diri saya sendiri. Bukan orang lain. Menjalankan hidup dengan pasrah. Benar-benar pasrah. Tidak mengharapkan apa pun. saya merasakan bahwa semakin saya berharap, saya semakin tidak bisa mendapatkan. Hal ini memang di luar keyakinan saya. Sampai sekarang saya hanya meyakini satu hal dalam hidup ini. Tuhan akan memberikan apa yang manusia butuhkan. Itu saja. Tidak banyak yang saya yakini.

Katakan saja apa yang ingin kalian katakan. Saya tetap menerima kalian sebagai teman. Saya tidak bekerja dan juga bukan tipe orang yang pekerja keras. Ya saya menyadari hal itu. karena saya pribadi tidak suka bekerja dengan keras. Menurut saya hal itu beresiko. Bagaimana ketika saya bekerja keras dan tiba-tiba saya sakit keras? Uang yang saya dapatkan otomatis digunakan untuk biaya berobat saya.

Untuk perempuan yang saya cintai. Baik-baiklah sama apa yang kamu inginkan. Jangan menyangkal jika keadaan tidak bisa diubah dengan perjuangan apa pun. Pekerjaan saya masih tidak jelas dan saya juga tidak berharap mendapatkan pekerjaan berkelas. Yang terpenting saya ingin berhenti untuk bergantung kepada orang tua. Masalah menikah saya pasrahkan semua pada waktu. Entah siapa pun yang menentukan meskipun ujung-ujungnya semua ini adalah di bawah tangan Tuhan. Saat ini yang akan saya lakukan adalah membuat kalian nyaman. Berbuat baik adalah yang paling penting dari segala kepentingan, bersyukur, dan sabar. Saya tidak takut dikatakan goblok oleh siapapun. Karena mereka adalah manusia juga yang sama seperti kita. Punya kebebasan.
Pamekasan, 2018

Senin, 21 Mei 2018

Godaan Berpuasa yang Harus Dilawan



Kita berpuasa sudah sampai di hari ke enam. Bermacam godaan juga banyak bermunculan. Baik di pagi dan siang hari. Tapi kebanyakan godaan memang datang pada saat siang hari. Di mana "Batu Bata" tampak seperti "Es Batu" yang menggiurkan tenggorokan dan menyirami dingin kepada setiap relung-relung kepanasan. Di mana LPG 3kg bagaikan buah melon yang di dalamnya manis-manis mulai menjangkau pikiran kita. Ingin sekali rasanya menghisap semua manis itu dan menggigit warna hijau sampai benar-benar meresap menjadi kenikmatan. Astaughfirullah. Adduh.. Berbagai macam makanan lainnya juga berlaku. Tenang saja. Kita pasti bisa menangani godaan seperti itu. Karena ya puasa memang kodratnya untuk menahan lapar dan haus. Sebagaimana yang sudah dijelaskan.

Hey manusia. Godaan itu tidak hanya datang dari makanan loh. Ada hal lain yang perlu diketahui juga. Seperti yang saya berikan pada judul. Karena hal ini memang benar-benar harus dilawan. Tapi saya menulis ini berdasarkan pengetahuan yang didapat dari salah seorang Musafir Kothèka. Dia berjalan menyusuri Pamekasan untuk menikmati sesuatu yang ada di sana bersama saya. Kemaren kita berangkat menuju rumah saya untuk mengambil ikan yang tidak bisa terbang dan hangus terbakar arang. Kita basah-basahan. Karena waktu itu adalah waktu bagi hujan turun. Dengan sedikit gerimis dan juga rasa pesimis di diri kita untuk melanjutkan perjalanan. Akhirnya kita berteduh dari sedikit gerimis di bawah gazebo yang terbuat dari kayu siwalan. Berbicara banyak kisah tentang orang-orang yang berkasmaran. Terutama soal diri sang musafir Kotheka, Supriyadi yang berbicara banyak tentang pelihara satu anak cukup. Dan laki-laki pula. Alasannya karena lucu. Ini belum saya tanyakan pada kekasihnya yaa. Berarti ada kemungkin untuk menambah peliharaan. Satu cewek mungkin. Atau bercewek-cewek sehingga sang Musafir di cap sebagai lelaki yang tangguh dan juga subur. Bukan Eyang Subur loh ya. Wkwkwk..

Sore telah melangkah lebih jauh. Menampakkan samar-samar kumandang adzan dari masjid-masjid. Tiba-tiba salah satu pengendara, cewek agak sexy kehabisan bensin sehingga berhenti untuk mengisinya di pom bercat violet. Mata sang musafir mulai mencolokkan diri pada cewek itu sambil berbisik kepada saya perihal cewek itu. "Nal Nal. Lihatlah. Keindahan itu bernama kenikmatan", dia yang sedang mempelajari sufi berbahasa pun mau seperti sufi. Kemudian saya menoleh sebentar untuk memastikan diri sambil berbisik juga, "Kita puasa loh." mata sang musafir pindah haluan. Sekarang giliran saya yang dipelototin. Aduh jangan-jangan nafsunya ditularkan ke saya. Pikir saya.

Hehhe... Ternyata dia mengelak. Dia menasehati saya perihal godaan puasa yang harus dilawan. Terutama cara-cara menghadapi cewek sexy yang baru saja dia lihat. Wkwkwk. Serius amat. Dia mulai membuka mulutnya. Menjelaskan perihal perlawanan yang harus kita lakukan menghadapi itu.

Dia, sang musafir berkata. "janganlah kamu mengelak jika melihat sesuatu yang menggodamu. Karena jika kamu tergoda dari godaan itu. Kamu akan terjerat dalam nafsu. Dan bisa jadi tak dikasih pahala. Jika kamu melawannya dengan mengikuti alur "lihatlah dan jangan bernafsu" maka kamu akan baik-baik saja. Karena ya kamu tidak terjerat dalam nafsu (jangan membayangkan yang macam-macam). Biar puasa tidak monoton. " Dia, musafir mengatakan itu sambil senyum-senyum sendiri. Puasa baginya adalah tidak terjerat dalam nafsu. Baik nafsu mau makan atau nafsu-nafsu yang lain (ngilyat cewek).

Sebenarnya konsep yang dijelaskan musafir itu cukup aneh. Masak iya kita melihat cewek sexy disuruh tetap melihat. Aduh, ini musafir "kampret". Hahaha sabar ya musafir... Tapi ada benarnya juga sih. Eh lebih tepatnya sedikit ada benarnya. Hihii. Karena kebenaran manusia belum dikatakan final. Sedikit benarnya itu terletak pada jika kita terjerat dalam nafsu melihat cewek dan mengakibatkan puasa kita hancur lebur kayak bukunya Martin itu. Hiks. Dan dia, sang musafir akan mengatakan pengecut jika tidak bisa mengatasi hal-hal semacam itu. Biar puasa tidak monoton katanya.

Dan pada akhirnya yang terakhir, sepanjang perjalanan. Kita sama-sama menikmati pemandangan yang keluar dari godaan-godaan itu. Menikmatinya dengan mengatasi dan juga menjaga nafsunya sendiri. Karena hal itu tidak menjadikan kita seorang yang pengecut. Jadi itulah godaan-godaan berpuasa yang harus dilawan. Semoga menjadi perbuatan untuk bersikap yang bodo amat ala Mark Manson dan puasa tidak monoton. Kemudian bosen karena tidak melakukan hal-hal yang dapat menyenangkan. Duh apalagi tersenyum seperti yang baca tulisan saya ini. Bakal dapat pahala yang melimpah. Ciyye ciyye....

Kamis, 17 Mei 2018

Fenomena, Bhâjâng Taonan di Desa Kami

Sumber: maspolin.com


Desa Bandaran yang terletak di perbatasan bagian selatan kabupaten Pamekasan mempunyai istilah unik. Sebenarnya istilah ini adalah wacana lama. Berhubung kemunculannya hanya di bulan ramadhan saja atau satu tahun sekali, jadi kami menganggap istilah tersebut adalah hal yang lucu dan juga bisa menjadi bahan menjengkelkan bagi orang yang tersinggung.

Oh iya lupa saya belum menyebutkan maksud istilahnya itu. "Bhâjâng Taonan" atau (Sholat Tahunan) adalah cara seseorang mengucapkan kesenangannya atas fenomena taraweh dan juga shalat berjamaah di Masjid.

Istilah ini bukan semata-mata wacana untuk mengolok-olok seseorang yang jarang ke Masjid dan tiba-tiba di bulan Ramadhan ikut jamaah rutin 5 waktu. Ini kerap bermunculan pada saat mau taraweh atau sepulangnya. Wacana ini menjadi bahan lelucon untuk mengolok-olok teman-temannya.

Mau bagaimanapun. Olok-olok adalah hal yang tidak baik. Apalagi dilontarkan kepada sesama dan menyinggung kenyamanan dalam keyakinan seseorang. Saya rasa "Bhâjâng Taonan" adalah budaya kami atas rasa senang kami bisa berkumpul di dalam Masjid. Kebanyakan orang salah memaknainya sehingga dirinya mudah tersinggung dengan cara melontarkan kalimat jorok seperti "Colo'en" (mulutnya), "patè'" (anjing), dan kata-kata makian lainnya.

Setiap tahun adalah momen penting bagi kami. Semua masyarakat di sini didominasi oleh doa "Samogâ'â ghi' nyapo'a pasa'an polè" (semoga tahun depan masih bisa berpuasa) sebagai harapan untuk menikmati "Bhâjâng Taonan" lagi.

Pamekasan, (Ramadhan, 18 Mei 2018)